Selasa, 13 Juli 2010

Cut Nyak Meutia

Lahir : Pirak, Keureutoe, Aceh Utara, 1870

Wafat : Alue Kurieng, 24 Oktober 1910

Makam : Alue Kurieng

AWALNYA Cut Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Cik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Cik Tunong berhasil ditangkap oleh Belanda dan di hukum mati di tepi pantai Lhoksemawe. Sebelum meninggal, Teuku Cik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.

Cut Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada satu pertempuran dengan Korps Marsose di Paya Cicem, Cut Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.

Cut Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 )ktober 1910. Cut Meutia bersama pasukannya bentrok dengan marsose di Alue Kurieng. Cut Meutia akhirnya gugur. Butiran timah panas bersarang di kepala dan dadanya. Cut Meutia dikukuhkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 107/1964.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar