Lahir : Serang, Purwodadi, 1752
Wafat : Yogyakarta, 1838
Makam : Beku, Kulonprogo
NYI AGENG SERANG terlahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulariningsih Retno Edhi. Ia putrid dari Pangeran Natapraja, penguasa daerah Serang, sebuah wilayah terpencil dalam Kerajaan Mataram, Jawa Tengah. Pangeran Natapraja adalah panglima perang Sultan Hamngku Buwono I yang bergelar Panembahan Serang. Kustiyah sejak kecil sudah ikut ayahnya berperang melawan Belanda.
Setelah ayahandanya wafat karena sakit, Kustiyh menggantikan kedudukan sang ayah sebagai junjungan di Serang dan bergelar Nyi Ageng Serang. Selama memimoin, Nyi Ageng dikenal dekat dengan rakyatnya. Ia selalu membantu kesengsaraan rakyatnya dengan membagi-bagikan bahan pangan. Nyi Ageng secara diam-diam juga sering melakukan serangan kecil-kecilan terhadap Belanda dengan menggunakan taktik perang gerilya.
Ketika perang Diponegoro meletus, Nyi Ageng bersama menantunya Raden Mas (R.M) Pak-pak dan pasukan Nataprajan ikut bertempur melawan Belanda. Nyi Ageng bertempur dan memimpin pasukan dari atas tandu karena usianya yang sudah 73 tahun. Setelah 3 tahun ikut bertempur membantu Pangeran Diponegoro, Nyi Ageng akhirnya mengundurkan diri. Perjuangannya kemudian diteruskan oleh menantunya R. M. Pak-pak.
Hingga Nyi Ageng wafat dalam usia 86 tahun, daerah Serang tetap sebagai daerah merdeka. Bahkan pada tahun 1833, pemerintah Belanda memberikan penghargaan kepadanya dan memberikan penghargaan kepadanya dan memberikan tunjangan hari tua sebanyak 100 Gulden tiap bulan. Nyi Ageng adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga. Selain itu, ia juga mempunyai seorang cucu yang juga seorang pahlawan yakni R. M. Soewardi Surjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara. Nyi Ageng Serang Dikukuhkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 084/TK/1974.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar