Kamis, 15 Juli 2010

Sri Susuhunan Paku Buwono VI

Lahir : Surakarta, 1807

Wafat : Ambon, 5 Juli 1849

Makam : Imogiri, Yogyakarta

MESKIPUN bukan anak dari permaisuri, Paku Buwono VI dapat diangkat menjadi raja. Sesaat sebelum meninggal, ayahnya mengangkat Paku Buwono VI menjadi raja Kerajaan Surakarta pada tahun 1823.

Pada waktu Paku Buwono VI memerintah, pengaruh Belanda sudah amat besar atas kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah, demikian pula di Surakarta. Sehingga sewaktu terjadi perang Diponegoro, Keraton Surakarta tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantunya. Bahkan kemudian Paku Buwono VI dipaksa oleh Belanda untuk membantu memerangi Pangeran Diponegoro.

Setelah Perang Diponegoro berakhir, untuk menutupi kerugian besar akibat perang, Belanda justru melakukan tekanan-tekanan terhadap Paku Buwono VI dan Keraton Surakarta. Ia dipaksa untuk menandatangani perjanjian yang merugikan Keraton Surakarta. Paku Buwono VI menolak menandatangani perjanjian yang merugikan Keraton Surakarta. Paku Buwono VI menolak menandatangani perjanjian tersebut. Belanda menjadi kesal, kemudian menganggap Paku Buwono VI sedang menyiapkan pasukannya untuk memberontak.

Kemudian Jenderal Hendrik De Kock selaku pemimpin Belanda saat itu berupaya untuk menundukkan Paku Buwono VI. Berbagai siasat dan tekanan-tekanan dilakukan hingga pada tanggal 6 Juni 1830 Paku Buwono VI pergi ke pemakaman Imogiri untuk berdoa. Belanda menuduh Paku Buwono VI akan menyiapkan pemberontakan. Paku Buwono VI kemudian ditangkap dan diasingkan ke Ambon sehingga wafat pada tahun 1849. Sri Susuhunan Paku Buwono VI dianugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional SK Presiden RI No. 294/1964.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar