Kamis, 05 Agustus 2010

Sultan Agung Hanyokrokusumo

Lahir : Yogyakarta, 1591

Wafat : Yogyakarta, 1645

Makam : Pemakaman Raja-raja Imogiri

SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO diangkat sebagai Raja Mataram menggantikan ayahnya, Raden Mas Jolang pada tahun 1613. Di bawah pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan terbesar di Pulau Jawa saat itu. Sultan Agung adalah raja yang tidak pernah mau berkompromi dengan VOC. Ia bahkan pernah dua kali menyerang kedudukan VOC di Batavia.

Penyerangan pertama pada tahun 1628 dipimpin oleh Tumenggung Baurekso dan beberapa panglima perang lainnya. Namun, serangan ini dapat dipatahkan oleh Belanda. Wabah penyakit serta kekurangan pasokan air dan makanan menjadi sebab gagalnya serangan ini.

Pada tahun 1629, Sultan Agung kembali memerintahkan pasukan Mataram untuk menyerang Batavia. Penyerangan ini dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Meskipun telah dipersiapkan dengan baik, termasuk membangun lumbung-lumbung padi di sepanjang perjalanan yang akan dilalui, penyerangan ini gagal. Penyebabnya, rencana penyerangan telah bocor dan diketahui oleh Belanda sehingga Belanda mendahului dengan membakar lumbung-lumbung padi yang telah di bangun.

Selain itu, wabah penyakit kolera turut memperburuk kondisi prajurit Mataram. Meskipun demikian, pada serangan kali ini, pasukan Mataram berhasil menguasai dan menghancurkan Benteng Hollandia. Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen juga tewas karena wabah penyakit kolera yang saat itu sedang berjangkit di Batavia.

Dari kedua penyerangan tersebut, Sultan Agung kemudian menarik kesimpulan menarik bahwa dukungan logistic amat penting untuk melakukan penyerangan ke lokasi yang jauh. Belajar dari hal tersebut, Sultan Agung kemudian mengirimkan orang-orangnya untuk membuka persawahan di daerah Purwakarta dan Sumedang. Namun, rencana Sultan Agung untuk menyerang Batavia yang ketiga kalinya tidak terlaksana. Dia wafat pada tahun 1645, sebelum penyerangan itu terlaksana. Penggantinya, Sultan Amangkurat I (1645-1677) ternyata bersikap lemah dan mau bekerjasama dengan Belanda.

Untuk menghormati jasa-jasa Sultan Agung Hanyokrokusumo, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 106/TK/1975, Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar