Kamis, 12 Agustus 2010

Teuku Umar

Lahir : Meulaboh, Aceh 1854

Wafat : Meulaboh, 11 Februari 1899

Makam : Desa Mugo, Meulaboh

SEJAK umur 19 tahun, tepatnya tahun 1873, Teuku Umar telah ikut berperang melawan Belanda di kampung halamannya Meulaboh. Terlebih sejak menikah dengan Cut Nyak Dien pada tahun 1880, perlawanan Teuku Umar semakin menghebat. Seperti diketahui, Cut Nyak Dien juga merupakan seorang pejuang wanita yang gigih melawan Belanda.

Teuku Umar adalah panglima perang yang cerdik dan pandai bersiasat. Ia pernah berpura-pura membantu Belanda membebaskan kapal Inggris Nissero yang terdampar dan ditawan oleh Raja Teunom, Aceh Barat. Inggris mendesak Belanda agar membantu membebaskan awak kapal yang ditawan. Belanda lantas mengutus TeukuUmar dengan 32 orang tentara ke Teunom. Di tengah jalan, tentara Belanda yang menyertainya dibunuh dan dirampas senjatanya.

Teuku Umar pernah menyerang dan menawan kapal Hok Canton yang berlabuh di Pantai Rigaih. Pasalnya, Teuku Umar curiga awak kapal tersebut akan menangkap dirinya. Untuk menebusnya, Belanda terpaksa harus membayar uang sebesar 25.000 Dollar.

Tahun 1893, Teuku Umar tunduk dan bergabung dengan Belanda. Siasat berpura-pura Teuku Umar ini ternyata berhasil. Belanda kemudian mengizinkan Teuku Umar memiliki tentara berkekuatan 250 orang berikut persenjataan lengkap untuk memerangi pejuang-pejuang Aceh yang belum tunduk. Para pejuang Aceh yang akan diperangi pun paham karena telah diberitahu sebelumnya. Semua itu dilakukan Teuku Umar demi mendapatkan senjata dan perbekalan dari pihak VOC Belanda.

Pada tanggal 29 Maret 1896, Teuku Umar kembali bergabung dengan para pejuang Aceh. Ia berhasil membawa lari senjata, uang sebanyak 800.000 Dollar, dan perlengkapan lain milik Belanda.

Semasa bergabung dengan Belanda, Teuku Umar pernah diberi gelar Teuku Johan Pahlawan dan memimpin 1 legiun tentara berkekuatan 250 orang serdadu. Teuku Umar mampu menghadapi Politik Devide et Empera (“Pecah Belah dan Jajahlah”) Belanda dengan menggunakan kekuatan Belanda sendiri.

Pada Januari 1899, Belanda merasa tertipu dan amat marah sehingga mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkap Teuku Umar di Meulaboh. Teuku Umar akhirnya gugur pada tanggal 11 Februari 1899, dan dimakamkan di Desa Mugo, Aceh. SK Presiden RI. No. 087/TK/1973 meneguhkan Teuku Umar sebagai pahlawan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar